Senin, 08 April 2013

PERSPEKTIF INTERAKSIONIS


Nama    : Sucy Prabawati Wibawa
Jurusan : Sosiologi / A
NIM      : D0312075
Mata Kuliah         : Azas-azas Sosiologi
Dosen Pengampu : A.Ramdhon

PRESPEKTIF INTERAKSIONIS
Prespektif ini tidak menyarankan teori-teori besar tentang masyarakat karena istilah “masyarakat”, “negara”, dan “lembaga masyarakat” adalah abstarksi konseptual saja, sedangkan yang dapat ditelaahn secara langsung hanyalah orang-orang dan interaksinya saja. Para ahli interaksi simbolik seperti G.H. Mead (1863-1931) dan G.H. Cooley (1846-1929) memusatkan perhatiannya terhadap interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa orang-orang berinteraksi terutama menggunakan simbol-simbol yang mencakup tanda, isyarat dan yang paling penting melalui kata-kata secara tertulis dan lisan. Perspektif interaksionalis simbolis memusatkan perhatiannya pada arti-arti apa yang ditemukan pada perilaku orang lain, bagaimana arti yang diturunkan dan bagaimana orang lain menanggapinya. Para ahli perspektif interaksi telah banyak sekali memneri sumbangan terhadap perkembangan kepribadian dan perilaku manusia. Akan tetapi, kurang membantu dalam studi terhadap kelompok-kelompok besar dan lembaga-lembaga sosia (Paul B Horton dan Chester L. Hunt, 1984 : 17-18).
Herbert Blumer, salah satu penganut pemikiran Mead, berusaha menjabarkan pemikiran Mead mengenai interaksionisme simbolik. Menurut Blumer pokok pemikiran interaksionisme simbolik ada tiga : yang pertama adalah manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Dengan demukian tindakan (act) seorang penganut agama Hindu di India terhadap seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan seorang penganut agama Islam di Pakistan, karena bgi masing-masing orang tersebut sapi tersebut mempunyai makna (meaning) berbeda.
Blumer  selanjutnya mengemukakan bahwa makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. Pokok pikiran ketiga yag dikemukakan oleh Blumer ialah bahwa makna diperlukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Yang hendak ditekankan Blumer disini ialah bahwa makna yang muncul dari interaks tersebut tidak begitu saja diterima oleh seseorang melainkan ditafsirkan terlebih dahulu (Kamanto Sunarto, 2004 : 36).
Teori interaksi simbol lebih dalam daripada bentuk-bentuk interaksi nyata menurut Simmel. Seperti namanya sendiri menunjukkan, teori itu  berhubungan dengan media simbol dimana interaksi terjadi. Dalam karya Mead khusunya, teori ini meliputi analisa mengenai kemampuan manusia untuk menciptakan dan memanipulasi simbol-simbol. Kemampuan ini perlu untuk komunikasi antar pribadi dan pikiran subyektif. Diantara semua ahli teori interaksi simbol, hubungan antara proses-proses simbol subyekif dan interaksi antarpribadi ditekankan, dan kenyataan sosial muncul dari interaksi dilihat sebagai suatu kenyataan yang dibangun dan bersifat simbol. Perhatian interaksionisme simbol terhadap dimensi subyektif sejajar dengan tekakan Weber pada pemahaman arti subyektif dari tindakan sosial individu. Teori interaksi simbol tidak melihat tingkat subyektif dalam cara yang sama seperti Weber, juga tidak didasarkan pada perspektif Weber secara eksplisit. Juga, kalau Weber bergerak lebih jauh melebihi analisa tindakan-tindakan individu dan arti-arti subyektif untuk melihat pola-pola perubahan institusional dan budaya yang luas, interaksionisme simbol, seperti Simmel , memusatkan perhatiannya terutama pada tingkat interaksi antarpribadi secara mikro. Teori interaksi simbol dapat diperluas menjangkau makro. Sifat institusi-institusi sosial yang besar yang secara sosial dibangun mungkin tidak sejelas seperti sifat dunia permainan anak kecil, tetapi semua institusi sosial dikonstruksikan secara sosial. Artinya , mereka berpijak pada definisi-definisi suubyektif bersama yang dikembangkan melalui interaksi. Sebagai hasilnya, institusi-institusi sosial mengalami perubahan apabila ada perubahan dalam definisi-definisi subyektif atau pola-pola interaksi yang menjadi dasarnya. Beberapa dari perhatian utama dalam teori interaksi simbol adalah dinamika-dinamika  interaksi tatap muka, saling ketergantungan yang erat antara konsep diri individu dan pengalaman-pengalaman kelompok kecil, negosasi mengenai norma-norma bersama dan peran-peran individu, serta proses-proses lainya yang mencakupi individu dan pola-pola interaksi dalam skala kecil (Doyle Paul Johnson, 1981 : 4). 


DAFTAR PUSTAKA

Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.

 Johnson, Doyle Paul. 1981. Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II. Jakarta : Gramedia

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 


Jumat, 10 Agustus 2012

Foto Bersama Tokoh FISIP UNS 2012

Wirausaha Merubah Nasib Hidupku



Nugraha yang sering di panggil ‘Aha’ adalah anak pertama dari empat bersaudara yang berasal dari salah satu keluarga sederhana dan kurang mampu. Kedua orang tuannya hanya bekerja sebagai buruh tani di desanya. Hari-harinya hanya dilewati dengan segala kesederhanaan. Dengan kesederhanaannya itu dia tergolong anak yang cukup berprestasi namun sayang dengan kendala biaya setelah lulus dari SMA dia tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi orang tuannya selalu berkata kepadanya, “Bapak hanya dapat membiayai kamu sampai ke SMA saja sudah alhamdulillah nak”. Nugraha pun selalu mengerti dengan keadaan orang tuanya dia tidak pernah menuntut macam-macam kepada orang tuannya. Dengan keadaan yang seperti ini nugraha tidak menyerah dengan begitu saja menerima keaadaan yang kurang baik di hidupnya.
            Dia memutuskan untuk mencari pekerjaan untuk membantu beban orang tuanya. Yang masih harus menyekolahkan adik-adiknya. Setiap ada lowongan pekerjaan dia selalu mengajukan sebuah lamaran. Tetapi tidak semudah itu mencari pekerjaan hanya dengan modal ijazah SMA saja. Sampai pada suatu ketika dia melihat sebuah acara talkshow di sebuah televisi swasta yang mengangkat tema tentang ‘Wirausaha’. Dengan menghadirkan berbagai narasumber yang telah berpengalaman dan sukses dalam bidang wirausaha. Dari acara tersebut maka munculah semangat pada diri Nugraha dan menjadikan inspirasi untuknya. “ Dengan uang yang cukup sedikit saja mereka bisa merubah nasib mereka mengapa aku tidak aku pasti bisa “
Dia pun melihat sisa tabungan yang dia miliki ternyata uang tabungan itu tidak terlalu banyak hanya terdapat uang 200 rb saja. Dia berfikir dengan keras usaha “apa yang bisa saya lakukan hanya dengan uang 200 rb sisa tabungan saya ini”. Setelah lama mencari-cari usaha yang pas dengan dirinya yang hobi sekali memasak maka dia memutuskan untuk mendirikan usaha dalam bidang kuliner yaitu ‘Bakmie’. Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua dan selalu patuh dengan orang tua dia membicarakan tentang semua ide usahanya kepada orang tua dan saudara-saudaranya. “ bapak ibu saya mau berbicara saya mempunyai sebuah rencana buk saya ingin menjadi sebuah wirausaha saja dengan uang 200 rb yang saya punya saya akan membuat bakmie dan akan menjualnya keliling”. Ide nugraha tidak begitu saja diterima dengan baik oleh kedua orang tuanya. Orang tuannya meragukan dengan modal yang dimiliki nugraha yang hanya sedikit mau mendirikan sebuah usaha. “oalah nak dengan uang 200rb kamu bisa apa udah lah nurut sama bapak aja bantu bapak saja di kebun”. Namun nugraha tidak begitu saja menurut karena dia yakin dengan apa yang dia pikirkan. Dia yakin hanya dengan modal seperti itu dia bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses dengan usahanya.
“Saya yakin dengan uang 200rb yang saya punya ini saya bisa memulai mewujudkan mimpi saya untuk berwirausaha”.
            Hanya dengan dibekali hobi masak yang dia punya dan uang 200rb nugraha mulai merintis usaha kecilnya. Dia membeli bahan-bahan dan memasaknya dirumah nugraha menjualnya dengan dibungkus kemasan 2 rb rupiah dan bejalan menjual dangannya keliling dari rumah ke rumah. Meskipun dia adalah seorang laki-laki dia tidak merasa malu untuk menjualan dagangannya. Usahanya tidak sia-sia banyak pelanggan yang menyukai bakmie buatan nugraha. Waktu terus berjalan modal yang awalnya 200 rb kini mulai mendapat keuntungan yang lumayan. Akhirnya dia bisa membeli sebuah gerobak kecil lengkap dengan peralatannya untuk berjualan keliling. Warung kecilpun sekarang sudah bisa di bangunnya pelanggan semakin hari semakin banyak.
   
Pada suatu saat usaha ini pun tidak selamanya berjalan mulus sesuai dengan harapan. Setia usaha pasti akan mengalami pasang surut mulai dari mahalnya bahan baku dan banyaknnya pesaing baru yang bermunculan. Hal itulah yang dihadapi dan dirasakan oleh Nugraha dalam menjalankan bakmienya, namun dari itu semua tidak membuat Nugraha mengeluh ataupun putus asa dan gulung tikar. Dia tetap semangat menjalankan usahanya alhasil dengan semangat dan keyakinan yang dia miliki usaha yang di mulainya nari nol itu dapat tetap berjalan seperti yang diharapkan. Sekarang sudah terdapat lebih dari 18 cabang restoran bakmie yang telah dibukanya di kota-kota besar indonesia. Dia telah menjadi salah satu pengusaha yang sukses. Di samping kesuksesannya itu dia sekaligus dapat menciptakan sebuah lapangan kerja dan dapat mengurangi pengangguran. Dengan keberhasilan yang dia raih sekarang dia mampu membanggaka kedua orang tuanya dan dapat membuktikan bahwa dia bisa. “Hanya dengan bermodalkan uang 200 rb saja saya dapat membangun usaha seperti ini dan dapat merubah nasib saya dan keluarga saya”.
 NAMA :  SUCY PRABAWATI WIBAWA
 KELOMPOK :  MANDIRI    
JURUSAN : SOSIOLOGI